Kemelekatan

Kemelekatan adalah penyebab dari semua derita dan stres. Ingatlah, apa pun yang muncul pasti akan lenyap, dan yang berbentuk pasti akan terurai, menciptakan penderitaan. Sama seperti ketika Anda memiliki uang, Anda takut uang anda hilang atau dicuri orang. Inilah kemelekatan, membuat anda menderita.

Kemelekatan yang kita rasakan memiliki tiga jenis, atau tiga kerangka waktu: masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Ketika kita melihat ke depan, kita mulai bertanya-tanya: “Jika aku hidup sampai 60, 70, atau 80 tahun, bagaimana rasanya? Jika aku jatuh miskin, apa yang akan aku lakukan?” Ketika kita berpikir seperti ini, kita mulai khawatir dengan segala macam cara. Jika kita berpikir tentang hal-hal yang baik, kita terpesona. Jika kita berpikir tentang hal-hal buruk, kita berkecil hati. Beberapa orang berpikir tentang hal-hal buruk sehingga mereka benar-benar merasa kecil dan putus asa.

Lalu kita berbalik dan melihat ke belakang kita: “Ketika kita mati, apa yang akan terjadi pada anak cucu kita?” Kita mungkin berpikir untuk memberi mereka sebagian dari kekayaan keluarga sehingga mereka akan dapat mengatur hidup mereka. Tapi kemudian kita berpikir betapa bodohnya mereka. “Jika mereka mengambil kekayaan keluarga kita dan mempertaruhkan semuanya di meja judi, apa yang akan kita lakukan?” Ketika kita berpikir seperti ini, itu membuat kita berkecil hati.

Kita melekat pada fenomena fisik dan pada fenomena mental. Kita berpegang pada bentuk, perasaan, persepsi, konstruksi-pemikiran, dan kesadaran sebagai diri kita. Jadi kita membawa beban di tangan kanan kita, beban di tangan kiri kita, dan lebih banyak beban ditempatkan pada galah di atas bahu kita. Jika kita terus membawa hal-hal ini tanpa pernah menurunkannya, kita tidak akan bertemu dengan apa-apa kecuali penderitaan. Kemudian kita merengkuh penderitaan sehingga kita lebih menderita lagi, ke titik di mana wajah kita semua berkerut dan bahu kita berubah bentuk.

Inilah sebabnya mengapa kita belajar melepaskan dan membebaskan. Barangsiapa tidak menurunkan galah di bahunya, tidak akan pernah terbebas. Jika kita pertama-tama bisa melepaskan pikiran kita dari masa lalu dan masa depan, segala sesuatu akan sedikit lebih ringan. Jika kita membawa beban hanya di tangan kita, ada harapan bahwa kita akan dapat terus berjalan. Dengan kata lain, jika kita tidak melatih konsentrasi, menjaga pikiran kita tidak tergoyahkan, kita masih membawa galah di bahu kita dengan beban di depan kita dan di belakang kita, itu semua karena kita tidak bisa membebaskan pikiran kita di masa lalu dan masa depan.

Pikiran-pikiran masa lalu dan masa depan adalah hal yang tidak perlu kita pikirkan. Apakah mereka urusan kita sendiri, urusan anak-anak atau cucu kita, atau urusan bisnis atau keuangan kita: ketika kita telah sampai untuk bermeditasi seperti ini, tidak perlu memikirkan apa-apa. Niatkan untuk duduk diam. Menjaga tubuh Anda tegak, fokus untuk melihat hanya saat ini – nafas – dan cahaya akan muncul. Meskipun tangan kanan dan kiri Anda masih memegang fenomena fisik dan mental, setidaknya Anda telah meletakkan kedua beban yang berada di bahu Anda.

Adapun fenomena fisik yang masih berat, misalnya, mata kita: Pada awalnya mereka jelas. Segala sesuatu yang kita lihat tajam dan cerah. Tapi kemudian mereka keruh dan gelap, atau memberikan kita katarak. Jadi kita harus pergi untuk memeriksakan mata kita, untuk mendapatkan kacamata untuk mata kita, untuk menempatkan obat di dalamnya, untuk operasi. Mereka membuat kita menderita dalam segala hal, sehingga mata kecil kita mulai berat seperti kepalan tangan di wajah.

Adapun telinga kita, pada awalnya mereka dapat mendengar segala macam suara. Kemudian mereka mulai berdengung atau menjadi tuli. Kita hampir tidak bisa mendengar apa yang dikatakan orang lain, kita tidak dapat mengerti apa yang mereka maksudkan, dan ini membuat kita marah. Mereka mengatakan hal-hal buruk, dan bagi kita terdengar baik. Atau mereka mengatakan hal-hal yang baik, dan mereka terdengar buruk bagi kita. Kita mendapatkan hal yang benar dan yang salah, dan ini menimbulkan pertengkaran dan perbedaan pendapat.

Hal yang sama terjadi dengan hidung kita. Pada awalnya hidung dalam kondisi yang baik, tapi kemudian tumor dan kanker berkembang. Kita harus mencari tembakau obat dan inhaler, atau bagi dokter untuk membunuh pertumbuhan tersebut dengan listrik. Hidung kita mulai berbau tidak sedap dan menodai wajah kita.

Adapun lidah, tubuh, dan pikiran, mereka memberikan kita setumpuk rasa sakit dengan cara yang sama. Inilah sebabnya mengapa kita diajarkan, bahwa semua bentuk fisik tidak stabil dan kekal. Jika kita terjebak untuk memikirkan hal-hal ini, itu membuat kita marah. Kulit dan daging kita menjadi lembek dan berkerut, punggung kita menjadi bengkok, dan saat kita beranjak tua seperti ini, hal ini menjadi beban baik untuk hati kita sendiri dan hati anak-anak dan cucu kita. Selain itu, ini menjadi beban dalam hal keuangan yang kita butuhkan untuk merawat diri kita sendiri.

Barangsiapa berpegang pada hal-hal yang tidak stabil sebagai dirinya akan harus berjalan dengan cara yang tidak stabil. Sebagian besar dari kita cenderung untuk melekat pada tubuh dan hal-hal fisik lainnya sebagai milik kita. Kadang-kadang kita lekat pada fenomena mental – perasaan, persepsi, konstruksi-pemikiran, dan kesadaran – sebagai diri kita. Hal ini disebut dengan membawa hal-hal di kedua tangan. Namun, itu lebih baik daripada membawa beban pada galah di atas bahu kita, selama beban kita hanya di tangan kita, kita mampu untuk duduk atau berbaring. Tetapi jika kita memiliki beban pada aglah di atas bahu kita, kita tidak bisa duduk. Kita harus terus berdiri.

Untuk alasan ini, kita harus melatih hati kita untuk menjadi damai dan tidak tergoyahkan – dengan kata lain, untuk mengembangkan konsentrasi. Ketika hati tenang dan diam, kearifan akan muncul. Ketika kearifan muncul, kita akan memahami kelahiran kita sendiri: Ketika kita lahir, kita tidak membawa bahkan satu gigi atau sepotong kain pun. Bagaimana kita datang adalah bagaimana kita harus kembali. Kita tidak akan bisa membawa satu benda pun bersama kita, selain dari kebaikan dan kejahatan yang akan membawa kita ke tempat tujuan yang baik atau buruk.

Orang-orang yang bisa bermeditasi dengan cara ini akan menjadi ringan dan tanpa beban, karena mereka akan dapat melepaskan apa yang mereka bawa di tangan mereka. Dengan cara itu mereka akan bahagia, karena mereka telah menerima tiga permata untuk menghiasi diri mereka sendiri. Ketika mereka sampai ke sisi lain, mereka akan dapat menjualnya dengan harga yang pantas. Selama mereka tinggal di sini, mereka akan memiliki benda-benda yang baik untuk berdandan. Siapapun yang memiliki kecerdasan untuk berlatih membebaskan dengan cara ini akan menerima kekayaan yang bernilai di mana-mana – seperti emas: Tidak peduli negara mana tujuan Anda, emas diakui sebagai benda yang memiliki nilai. Ini tidak seperti uang kertas, yang diakui hanya di negara Anda sendiri.

Untuk alasan ini, ketika kita dapat melatih pikiran untuk membebaskan – sehingga terlepas dari pegangan pada masa depan, masa lalu, dan masa sekarang – seolah-olah kita telah menerima seluruh batang emas murni. Kita akan bahagia sepanjang waktu. Tetapi jika kita cukup bodoh untuk memegang benda-benda sebagai milik kita, kita akan menyiapkan pikiran dalam amarah sehingga pikiran tidak akan mengenal kedamaian.

Barangsiapa melekat pada fenomena fisik atau mental, atau label mental dan pikiran, akan begitu terbebani bahwa mereka tidak akan bisa kemana-mana. Pada akhirnya, mereka harus mati terjebak di dunia, seperti monyet yang mencuri semangka dari ladang sepasang orang tua dan akhirnya terjebak dalam perangkap ter dan mati di tempat. Ini adalah kisah yang mereka ceritakan sebagai analogi betapa menyakitkan dan sulitnya kemelekatan itu.

Ceritanya seperti ini: Setelah beberapa lama mereka tinggal di tepi hutan di dekat kaki gunung. Kebetulan sawah mereka terendam banjir dan mereka tidak bisa menanam padi, jadi mereka membersihkan ladang di gunung dan menanaminya dengan jagung, kacang, semangka, dan melon untuk memperoleh persediaan makanan yang cukup untuk bertahan hidup selama setahun. Pada malam hari, meskipun begitu, landak dan hewan lainnya terus datang untuk memakan tanaman mereka, sedangkan siang hari, burung dan monyet akan datang dan melecehkan mereka. Jadi akhirnya pasangan tua tersebut memutuskan bahwa mereka harus tidur di ladang untuk berjaga-jaga dan memasang perangkap untuk melindungi ladang tersebut. Lelaki tua akan berjaga-jaga di malam hari, sementara wanita tua akan berjaga-jaga di siang hari.

Suatu hari pasukan monyet datang dan menyerbu ladang. Tidak peduli seberapa kuat wanita tua mencoba untuk mengusir mereka, mereka tidak akan meninggalkannya. Mereka akan melompat dari pohon yang satu ke pohon yang lainnya, menggoda dan mengganggu dirinya sampai dia tidak punya waktu untuk beristirahat siang. Sehingga dia mendapat sebuah ide. Dia pergi ke hutan dan menemukan beberapa getah pohon yang Ia rebus sampai lengket dan menghasilkan ter yang bagus. Lalu ia mengambil ter tersebut dan menyebarkanya ke seluruh pohon atau tunggul pohon yang sering digunakan monyet sebagai tempat mereka bertengger.

Keesokan harinya pasukan besar monyet datang, mencuri semangka dan melon dan makan sampai kenyang. Sekarang salah satu monyet, seekor betina, memiliki dua bayi. Salah satu bayinya sakit, jadi dia meninggalkannya di rumah dengan suaminya untuk menjaganya, sementara dia datang bersama dengan pasukan tersebut dengan bayi lainnya menggantung di dadanya. Sambil makan melon dia memikirkan bayinya yang sakit, jadi dia memutuskan untuk membawa pulang beberapa melon untuk bayinya dan suaminya. Ketika dia makan sampai kenyang, dia memasukkan dua melon kecil ke pipinya untuk bayinya dan meraih melon yang lebih besar yang dia peluk di dadanya untuk suaminya. Sedangkan bayi yang tergantung di dadanya, dia menggantungkannya ke punggungnya.

Pada saat dia bersiap untuk pergi, wanita tua -membawa sekop- kebetulan menemukan monyet-monyet tersebut dan mengejar mereka. Kaget, semua monyet lari – kecuali ibu monyet, yang tidak bisa melakukan apa-apa selain melompat bolak-balik karena ia begitu terbebani: terbebani di depan, terbebani di belakang, terbebani dalam mulutnya. Dia mencoba meminta bantuan, tapi tidak ada suara yang keluar. Dia kebetulan melompat ke tunggul yang telah diolesi wanita tua itu dengan gumpalan ter yang tebal dan lembut. Wanita tua itu langsung menuju ke arahnya dengan membawa sekop, sehingga monyet tersebut memutuskan untuk melompat jauh tapi dia tidak bisa bergerak. Ekornya meringkuk dan terjebak dalam ter. Dia mencoba membebaskan ekornya dengan salah satu kakinya, tapi kakinya terjebak. Dia menggunakan kaki yang lain untuk melepaskannya dari ter tersebut, tapi satu kakinya terjebak juga. Melihat bahwa ter di kakinya berwarna hitam dan lengket, dia menciumnya, hanya untuk mendapati kakinya menempel di hidungnya. Dengan satu kaki belakang, dia mencoba untuk mendorong dirinya dari tunggul, tapi kakinya terjebak. Kemudian dia menggunakan kaki yang lain untuk membebaskan kakinya yang pertama, tapi dua kakinya terjebak bersama-sama seolah-olah mereka diikat dengan tali. Dia tidak bisa bergerak. Yang bisa dia lakukan adalah melihat sekeliling sambil meringis, seperti monyet. Setelah berpikir sejenak, dia membungkuk dan menggigit ter dengan marah. Dia ingin menggigit wanita tua tapi yang bisa dia lakukan adalah membungkuk dan menggigiti ter.

Adapun wanita tua tersebut, ketika ia melihat monyet itu terjebak dalam ter seperti ini, dia memanggil laki-laki tua untuk datang dan melihat. Kemudian mereka berdua menemukan sarang semut merah dan menghancurkannya di atas monyet tersebut. Kemudian mereka membakar rambutnya, menyiksanya di atas tunggul. Akhirnya salah satu dari mereka mengambil gagang cangkul sementara yang lain mengambil pegangan sekop, dan mereka berdua menghajar monyet itu – ibu dan bayi monyet – hingga mati dengan cara yang menyedihkan.

Ini adalah hasil dari kemelekatan dan keterikatan: lekat ke masa depan, lekat ke masa lalu, lekat ke masa sekarang: bayi di punggungnya dan melon yang ia dekap di dadanya. Itulah mengapa dia harus begitu banyak menderita.

Untuk alasan ini, kita melepaskan label dan pikiran dari masa lalu dan masa depan, dan semua lima agregat di masa sekarang. Fenomena fisik seperti melon yang didekap monyet di dadanya, fenomena mental, seperti bayi yang tergantung di punggungnya. Kita tidak bisa pergi karena beban kita berat.

Siapa pun yang melekat pastilah sangat terbebani. Jangan berpegang pada pikiran masa lalu, masa depan, atau saat ini. Ciptakan pikiran murni, bebas dari penderitaan dan stres, demi mencapai ketenangan hakiki.***