Kedermawanan (dana)

Dan apakah harta karun dari Kedermawanan? Ada kasus seseorang dari kalangan orang-orang yang mulia, kesadarannya dibersihkan dari noda kekikiran, tinggal di rumah, murah hati, ringan tangan, suka menjadi orang yang dermawan, responsif terhadap permintaan, suka membagi-bagikan sedekah. Hal ini disebut sebagai harta Kedermawanan.

Sebuah syarat untuk kemajuan spiritual

Tanpa meninggalkan lima kualitas ini, seseorang tidak akan mampu masuk & tetap ada di dalam dhyana pertama … dhyana kedua … dhyana ketiga … dhyana keempat; tidak akan mampu mewujudkan buah dari arus-masuk … buah yang datang-hanya-sekali… buah yang tidak akan datang kembali … keadaan menjadi arahant [orang suci yang pikirannya telah terbebas dari hal-hal yang merusak, kotor dan cemar]. Lima yang mana? Yaitu,

  1. kekikiran terhadap rumah [tempat bernaung],
  2. kekikiran terhadap keluarga [pendukung],
  3. kekikiran terhadap apa yang diperoleh,
  4. kekikiran terhadap status seseorang, dan
  5. tidak mau berterima kasih.

“Dengan meninggalkan lima kualitas ini, seseorang akan mampu masuk & menetap di dhyana pertama … dhyana kedua … dhyana ketiga … dhyana keempat; seseorang akan mampu mengenal buah dari arus-masuk … buah yang hanya sekali-datang … buah yang tidak akan datang  kembali … yaitu buah untuk menjadi arahant.” – AN 5,256-263

Imbalan memberi

“Ini adalah lima imbalan Kedermawanan: Seseorang dikasihi dan menarik bagi masyarakat luas, seseorang dikagumi oleh orang-orang baik, nama baik seseorang tersebar jauh, seseorang tidak menyimpang dari tugas-tugas yang sah dari rumah tangga, dan dengan terurainya tubuh pada saat kematian, seseorang muncul kembali dalam satu tujuan yang baik, di alam surgawi.” – AN 5.35

[Sang Buddha:] “Lalu ada kasus di mana seseorang menahan diri dari membunuh, menahan diri dari mengambil apa yang tidak diberikan, menahan diri dari perbuatan sensual, menahan diri dari ucapan yang keliru, menahan diri dari ucapan yang memecah belah, menahan diri dari ucapan yang kasar, menahan diri dari obrolan kosong tanpa guna, tidak serakah, tidak memiliki niat jahat, dan memiliki pandangan yang benar. Dan dia memberikan makanan, minuman, pakaian, kendaraan, karangan bunga, wewangian, krim, tempat tidur, tempat bernaung, & lampu untuk para brahmana & pertapa. Dengan terurainya tubuh setelah kematian, ia muncul kembali di sekitar manusia. Di sana ia mengalami lima dawai sensualitas manusia [pemandangan, suara, bau, rasa, dan sensasi-sensasi yang menyenangkan]. Itu karena dia menahan diri dari mengambil apa yang tidak diberikan, menahan diri dari perbuatan sensual, menahan diri dari ucapan yang keliru, menahan diri dari ucapan yang memecah-belah, menahan diri dari ucapan yang kasar, menahan diri dari obrolan kosong yang tidak berguna, tidak serakah, tidak memiliki niat jahat, dan memiliki pandangan yang benar bahwa ia muncul kembali di sekitar manusia. Dan itu karena ia memberi makanan, minuman, pakaian, kendaraan, karangan bunga, wewangian, krim, tempat tidur, tempat bernaung, & lampu untuk para brahmana & pertapa  sehingga ia mengalami lima dawai sensualitas manusia.

[Demikian pula untuk kasus kelahiran kembali di lingkungan para dewa] “… Itu karena dia menahan diri dari mengambil apa yang tidak diberikan … dan memiliki pandangan yang benar sehingga ia muncul kembali di lingkungan para dewa. Dan itu karena dia memberi makanan, minuman, pakaian, kendaraan, karangan bunga, wewangian, krim, tempat tidur, tempat bernaung, & lampu untuk para brahmana & pertapa sehingga ia mengalami lima dawai dari sensualitas ilahiah. Tetapi pada setiap tingkat, brahmana, sang pemberi tidak pergi tanpa adanya imbalan.”

[Sang brahmana Janussonin:] “Sungguh menakjubkan, Guru Gautama, itu luar biasa, bagaimana hal itu cukup untuk membuat seseorang ingin memberikan hadiah, cukup untuk membuat orang ingin membuat persembahan, di mana sang pemberi tidak pergi tanpa adanya imbalan.”

“Itulah caranya, brahmana. Itulah caranya. Sang pemberi tidak pergi tanpa adanya imbalan.” – AN 10.177

 

Jangan pernah meremehkan kekuatan dari hadiah kecil

“Bahkan jika seseorang melempar air bilasan dari mangkuk atau cangkir ke kolam atau balong desa, dengan berpikir, ‘Semoga hewan apa pun yang tinggal di sini memakan ini,’ itu juga akan menjadi sumber kebaikan.” – AN 3.57

Apa yang tidak diberikan akan hilang

Jadi, ketika dunia sedang terbakar dengan penuaan dan kematian, kita harus menyelamatkan [kekayaan yang dimilikinya] dengan memberi: apa yang diberikan maka menjadi terselamatkan dengan baik.

Apa yang diberikan menghasilkan buah sebagai kesenangan. Apa yang tidak diberikan tidak: pencuri, atau raja, mengambilnya; akan terbakar oleh api atau hilang. – SN 1.41

 

Mengatasi kekikiran

Taklukkan amarah dengan menyedikitkan kemarahan; buruk, dengan baik; kekikiran, dengan hadiah; kebohongan, dengan kebenaran. – Dhp 223

Apa yang membuat si kikir ketakutan, yang mencegahnya dari memberi, itu sangat bahaya yang datang ketika dia tidak memberi. – SN 1.32

Tidak ada orang-orang kikir yang pergi ke dunia para dewa. Mereka yang tidak memuji pemberian adalah orang-orang yang bodoh. Orang yang tercerahkan mengungkapkan persetujuan mereka untuk memberi dan dengan begitu menemukan kemudahan di dunia ini. – Dhp 177

Memberi bahkan meskipun itu adalah makanan terakhir yang dimiliki

“Jika makhluk tahu, seperti yang saya tahu, hasil dari memberi & berbagi, mereka tidak akan makan tanpa memberikan yang dimakannya pada orang lain, dan tidak akan noda kekikiran mengatasi masalah yang diderita batin mereka. Bahkan jika itu adalah gigitan terakhir mereka, suapan terakhir dari makanan yang mereka miliki, mereka tidak akan makan tanpa berbagi, jika ada seseorang untuk menerima pemberian mereka. Tetapi karena makhluk tidak tahu, yang saya tahu, hasil dari memberi & berbagi, maka mereka makan tanpa memberi dan berbagi apa yang dimakannya. Noda kekikiran menguasai batin mereka.” – Iti 26

Memberi pada waktu yang tepat

Di musim yang tepat mereka memberi – mereka yang memiliki ketajaman, responsif, bebas dari kekikiran. Telah melakukan pemberian di musim yang tepat, dengan hati yang terinspirasi oleh Yang Mulia – yang lurus, Seperti – persembahan mereka menghasilkan kelimpahan.

Mereka yang bersukacita dalam karunia itu atau memberikan pertolongan, mereka juga memiliki bagian kebaikan, dan persembahan itu tidak dikosongkan oleh bagian dari kebaikan tersebut.

Jadi, dengan batin yang tidak ragu, seseorang harus memberi di mana pemberian itu menghasilkan buah yang besar. Kebaikan itu adalah apa yang dibuat makhluk hidup di kehidupan berikutnya. – AN 5.36

Untuk menuai imbalan tertinggi, kepada siapa kita harusnya memberi?

“Bahkan jika seseorang melempar air bilasan dari mangkuk atau cangkir ke dalam kolam atau sumur desa, dengan berpikir, ‘Semoga hewan apa pun yang tinggal di sini memakannya,’ maka itu pun akan menjadi sumber kebaikan, untuk tidak mengatakan apa yang diberikan kepada manusia. Tetapi aku benar-benar mengatakan bahwa apa yang diberikan kepada orang yang berbudi luhur adalah buah yang besar, dan tidak demikian dengan apa yang diberikan kepada orang yang tidak berbudi. Dan orang yang berbudi luhur telah meninggalkan lima faktor dan diberkati dengan lima faktor yang lain.

“Lima yang mana yang telah ia tinggalkan? Dia telah meninggalkan hasrat sensual … niat buruk … kemalasan & rasa kantuk … gelisah & kekhawatiran … ketidakpastian. Ini adalah lima faktor yang telah ia tinggalkan. Dan dengan lima yang mana dia terberkati? Dia diberkati dengan sekumpulan kebajikan dari orang yang telah melalui pelatihan … sekumpulan konsentrasi dari orang yang telah melalui pelatihan … sekumpulan ketajaman dari orang yang telah melalui pelatihan … sekumpulan pembebasan dari orang yang telah melalui pelatihan … sekumpulan pengetahuan & visi pembebasan dari orang yang telah melalui pelatihan. Ini adalah lima faktor yang dengannya ia terberkati.

“Aku katakan kepadamu: Apa yang diberikan kepada orang yang telah meninggalkan lima faktor ini dan yang terberkati dengan lima yang lainnya, menghasilkan buah yang besar.”

  • AN 3.57

Ada delapan individu yang layak menerima pemberian, layak menerima keramahan, layak menerima persembahan, layak menerima salam hormat, yang merupakan lahan kebaikan tak tertandingi bagi dunia. Delapan yang mana?

Orang yang telah memasuki sungai, orang yang telah memasuki arus untuk realisasi buah arus-masuk , yang sekali-datang, orang yang telah memasuki arus untuk realisasi dari buah yang sekali-datang, yang tidak-datang-kembali, orang yang telah memasuki arus untuk realisasi buah yang tidak-datang-kembali, sang arahant, yaitu orang yang telah memasuki arus untuk menjadi arahant.

Ini adalah delapan individu yang layak menerima pemberian, layak menerima keramahan, layak menerima persembahan, layak menerima salam hormat, yang merupakan lahan kebaikan tak tertandingi bagi dunia.

  • AN 8.59

Bagaimana orang yang berintegritas memberi hadiah

“Kelima hal ini merupakan karunia dari integritas seseorang. Lima yang mana? Seseorang yang berintegritas memberikan hadiah dengan rasa yakin. Seseorang yang berintegritas memberikan hadiah dengan penuh perhatian. Seseorang yang berintegritas memberikan hadiah pada musimnya. Seseorang yang berintegritas memberi hadiah dengan hati yang berempati. Seseorang yang berintegritas memberikan hadiah tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun merugikan orang lain.

  • AN 5,148

Banyak buah

[Jendral Siha:] “ Apakah mungkin, tuan, untuk menunjukkan buah dari Kedermawanan dapat dilihat di sini & sekarang?”

[Sang Buddha:] “Mungkin, Siha. Orang yang memberi, yang adalah ahli sedekah, adalah orang yang disenangi & menarik bagi masyarakat luas. Dan fakta bahwa yang memberi, yang adalah ahli sedekah, adalah orang yang disenangi & menarik bagi masyarakat luas: ini adalah buah dari Kedermawanan yang dapat dilihat di sini & sekarang.

“Selain itu, orang-orang baik, orang-orang yang berintegritas, mengagumi orang yang memberi, yang merupakan seorang ahli sedekah. Dan fakta bahwa orang-orang baik, yaitu orang-orang yang berintegritas, mengagumi orang yang memberi, yang adalah seorang ahli sedekah: ini juga merupakan buah kedermawanan yang dapat dilihat di sini & sekarang.

“Selain itu, reputasi baik dari orang yang memberi, yang adalah ahli sedekah, tersebar jauh & luas. Dan fakta bahwa reputasi baik dari orang yang memberi, yang adalah ahli sedekah, itu tersebar jauh & luas: ini juga adalah buah dari Kedermawanan yang dapat dilihat di sini & sekarang.

“Selanjutnya, ketika orang yang memberi, yang adalah orang yang ahli sedekah, mendekati setiap kumpulan manusia –para  prajurit yang mulia, brahmana, anggota keluarga, atau pertapa – dia tidak begitu percaya diri & tanpa malu. Dan fakta bahwa ketika orang yang memberi, yang adalah orang yang ahli sedekah, mendekati setiap kelompok manusia – yaitu para prajurit yang mulia, brahmana, anggota keluarga, atau pertapa—dia tidak begitu percaya diri & tanpa malu: ini juga merupakan buah dari Kedermawanan yang dapat dilihat di sini & sekarang.

“Selain itu, pada saat penguraian tubuh setelah kematian, orang yang memberi, yang adalah orang yang ahli sedekah, muncul kembali dengan tujuan yang baik, alam surgawi. Dan fakta bahwa pada saat penguraian tubuh setelah kematian, orang yang memberi, yang adalah orang yang ahli sedekah, muncul kembali dengan tujuan yang baik, alam surgawi: ini adalah buah dari Kedermawanan di kehidupan selanjutnya.”

Ketika hal ini dikatakan, Jenderal Siha berkata kepada Sang Begawan: “Adapun untuk empat buah Kedermawanan yang dapat dilihat di sini & sekarang yang telah ditunjukkan oleh Tuan Begawan, itu bukan penyebab yang saya yakini pada Tuan Begawan yang berkaitan dengan keempat buah Kedermawanan itu. Saya juga mengetahui keempatnya. Saya adalah orang yang memberi, ahli sedekah, disenangi & menarik bagi masyarakat luas. Saya adalah orang yang memberi, ahli sedekah; orang baik, orang yang berintegritas, maka kagumilah saya. Saya adalah orang yang memberi, ahli sedekah, dan reputasi saya yang baik tersebar jauh & luas: ‘Siha memang murah hati, seorang pelaku, pendukung Sangha.’ Saya adalah orang yang memberi, ahli sedekah, dan ketika saya mendekati setiap kelompok manusia—para prajurit yang mulia, brahmana, anggota keluarga, atau pertapa—saya benar-benar memberi dengan penuh percaya rasa diri & tanpa malu.

“Tetapi ketika Tuan Begawan berkata kepada saya,’Pada saat penguraian tubuh, setelah kematian, orang yang memberi, yang adalah ahli sedekah, muncul kembali dengan tujuan yang baik, yaitu tujuan kepada alam surgawi,’ itu yang saya tidak tahu. Itulah tempat yang saya tuju dengan keyakinan terhadap Tuan Begawan.”

“Jadi memang begitulah, Siha. Begitulah. Pada saat penguraian tubuh, setelah kematian, orang yang memberi, yang adalah ahli sedekah, muncul kembali dengan tujuan yang baik, alam surgawi.”

  • AN 5.34

Banyak motif, banyak buah

“Sariputta, ada kasus di mana seseorang memberi hadiah untuk mencari keuntungan pribadi, dengan pikiran yang melekat [yang diarahkan kepada imbalan], berusaha untuk menyimpan bagi dirinya sendiri [dengan pikiran], ‘Aku akan menikmati ini setelah kematian. ‘Dia memberikan hadiahnya—makanan,  minuman, pakaian, kendaraan; karangan bunga, wewangian, & salep; tempat tidur, tempat tinggal, & lampu—kepada seorang brahmana atau pertapa. Apa yang Anda pikirkan, Sariputta? Mungkinkah seseorang memberikan hadiah yang seperti itu?”

“Ya, Tuanku.”

“Setelah memberikan pemberian ini mencari keuntungan untuk diri sendiri— dengan pikiran yang melekat [yang diarahkan kepada imbalan], berusaha untuk menyimpan untuk dirinya sendiri, [dengan pemikiran], ‘Aku akan menikmati ini setelah kematian’—pada saat penguraian tubuh, setelah kematian, muncul kembali di dalam lingkungan Empat Raja Dewa. Kemudian, setelah habisnya tindakan itu, kekuatan itu, status itu, kedaulatan itu, maka dia adalah seorang yang kembali, yang datang kembali ke dunia ini.

“Lalu ada kasus seseorang yang memberi hadiah yang tidak mencari keuntungan pribadi, tidak dengan pikiran yang melekat [yang diarahkan kepada imbalan], tidak berusaha untuk menyimpan untuk dirinya sendiri, tidak juga [dengan pemikiran], ‘Aku akan menikmati ini setelah kematian.’ Sebaliknya, ia memberikan hadiah dengan pikiran, ‘Memberi itu baik.’ Dia memberikan hadiahnya—makanan, minuman, pakaian, kendaraan; karangan bunga, wewangian, & salep; tempat tidur, tempat tinggal, & lampu—kepada seorang brahmana atau pertapa. Apa yang Anda pikirkan, Sariputta? Mungkinkah seseorang memberikan hadiah yang seperti itu?”

“Ya, Tuanku.”

“Setelah memberikan hadiah ini dengan pikiran, ‘Memberi itu baik,’ pada penguraian tubuh, setelah kematian, muncul kembali di dalam lingkungan Para Dewa dari Tiga Puluh Tiga Dewa. Kemudian, setelah habis tindakan itu, kekuatan itu, status itu, kedaulatan itu, maka dia adalah seorang yang kembali, yang datang lagi ke dunia ini.

“Atau, bukannya berpikir, ‘Memberi itu baik,’ ia memberi hadiah dengan pikiran, ‘Hadiah ini diberikan di masa lalu, dilakukan di masa lalu, oleh ayah & kakek saya. Ini tidak benar bagi saya untuk membiarkan kebiasaan keluarga lama ini berlanjut terus’… pada penguraian tubuh, setelah kematian, ia muncul kembali di dalam lingkungan Dewa Waktu. Kemudian, setelah habis tindakan itu, kekuatan itu, status itu, kedaulatan itu, maka dia adalah seorang yang kembali, yang datang lagi ke dunia ini.

“Atau, sebaliknya … dia memberikan hadiah dengan pikiran, “Saya beruntung.Ini tidak beruntung. Ini tidak akan benar untuk saya, menjadi orang yang beruntung, tetapi tidak memberikan hadiah kepada mereka yang tidak beruntung’… pada penguraian tubuh, setelah kematian, ia muncul kembali di dalam lingkungan Para Dewa yang Terpuaskan. Kemudian, setelah habis tindakan itu, kekuatan itu, status itu, kedaulatan itu, maka dia adalah seorang yang kembali, yang datang lagi ke dunia ini.

“Atau, sebaliknya … dia memberikan hadiah dengan pikiran, ‘Hanya karena ada pengorbanan besar dari orang-orang bijak dari masa lalu—Atthaka, Vamaka, Vamadeva, Vessamitta, Yamataggi, Angirasa, Bharadvaja, Vasettha, Kassapa, & Bhagu—dengan cara yang sama akankah hal ini menjadi pembagian dari pemberian-pemberian saya’ … pada penguraian tubuh, setelah kematian, ia muncul kembali di dalam lingkungan para dewa yang bersuka-ria di dalam penciptaan. Kemudian, setelah habis tindakan itu, kekuatan itu, status itu, kedaulan itu, maka dia adalah seorang yang kembali, yang datang lagi ke dunia ini.

“Atau, sebaliknya … dia memberikan hadiah dengan pikiran, ‘Ketika pemberian saya ini diberikan, hal itu membuat pikiran tenang. Kepuasan & suka cita muncul’ … pada penguraian tubuh, setelah kematian, ia muncul kembali di dalam lingkungan para dewa yang memiliki kekuasaan di atas ciptaan dewa-dewa lain. Lalu, setelah habis tindakan itu, kekuatan itu, status itu, kedaulatan itu, maka dia adalah seorang yang kembali, yang datang lagi ke dunia ini.

“Atau, bukannya berpikir, ‘Ketika pemberian saya ini diberikan, itu membuat pikiran tenang. Kepuasan & suka cita muncul,’  ia memberikan hadiah dengan pikiran, ‘Ini adalah hiasan untuk pikiran, dukungan untuk batin.’ Dia memberikan hadiahnya—makanan, minuman, pakaian, kendaraan; karangan bunga, wewangian, & salep; tempat tidur, tempat tinggal, & lampu—kepada seorang brahmana atau pertapa. Apa yang Anda pikirkan, Sariputta? Mungkinkah seseorang memberikan hadiah yang seperti itu?”

“Ya, Tuanku.”

“Setelah memberikan hal itu, dengan tidak mencari keuntungan untuk diri sendiri, tidak dengan pikiran yang melekat [yang diarahkan kepada imbalan], tidak berusaha untuk menyimpan untuk dirinya sendiri, tidak juga [dengan pemikiran], ‘Aku akan menikmati ini setelah kematian,’

“—tidak juga dengan pikiran, ‘Memberi itu baik,’

“—tidak juga dengan pikiran, ‘Hal ini diberikan di masa lalu, dilakukan di masa lalu, oleh ayah & kakek saya. Itu tidak akan benar bagi saya untuk membiarkan kebiasaan keluarga lama ini dihentikan.’

“—tidak juga dengan pikiran, ‘Saya beruntung. Ini tidak beruntung. Itu tidak akan benar bagi saya, karena saya beruntung, untuk tidak memberi suatu pemberian kepada mereka yang tidak beruntung,’ tidak juga dengan pikiran, ‘Hanya karena ada pengorbanan besar dari para orang bijak di masa lalu—Atthaka, Vamaka, Vamadeva, Vessamitta, Yamataggi, Angirasa, Bharadvaja, Vasettha, Kassapa, & Bhagu—maka dengan cara yang sama hal ini akan menjadi pembagian untuk hadiah-hadiah saya,’

“—tidak juga dengan pikiran, ‘Ketika hadiah dari saya ini diberikan, itu membuat pikiran menjadi tenang. Kepuasan & suka cita muncul,’

“—tetapi dengan pikiran, ‘Ini adalah hiasan untuk pikiran, dukungan untuk batin’—pada penguraian tubuh, setelah kematian, ia muncul kembali di dalam lingkungan Rombongan yang dimiliki Brahma. Kemudian, setelah habis tindakan itu, kekuasaan itu, status itu, kedaulatan itu, maka dia adalah seorang yang tidak-kembali, yang tidak datang lagi ke dunia ini.

“Hal ini, Sariputta, adalah penyebabnya, inilah alasannya, mengapa seseorang memberikan hadiah dengan jenis tertentu dan tidak menghasilkan buah yang besar ataupun manfaat yang besar, sedangkan orang lain memberikan hadiah dari jenis yang sama dan pemberian itu menghasilkan buah yang besar dan manfaat yang besar.”

  • AN 7.49

Hadiah terbesar

Sebuah hadiah dari Dharma mengalahkan segala hadiah. – Dhp 354