Kehidupan yang Bermakna, Kehidupan yang Bahagia
Orang tua sering berkata: “Saya hanya ingin anak-anak saya bahagia.” Jarang kita mendengar: “Saya hanya ingin kehidupan anak-anak saya menjadi bermakna,” namun itulah yang kebanyakan dari kita tampaknya inginkan. Kita takut akan kesia-siaan. Kita khawatir tentang aspek ‘nihilisme’ dalam budaya kita. Ketika kita kehilangan kebermaknaan, kita mengalami depresi. Apakah makna itu, dan mengapa kita sangat membutuhkannya? Mari kita mulai dengan pertanyaan terakhir. Yang pasti, kebahagiaan dan kebermaknaan sering tumpang tindih. Mungkin beberapa tingkatan makna merupakan prasyarat untuk terciptanya kebahagiaan–diperlukan tetapi tidak mencukupi. Jika ini terjadi, orang mungkin mengejar makna karena alasan instrumental semata, sebagai langkah awal untuk menuju kebahagiaan. Tapi … Continue reading Kehidupan yang Bermakna, Kehidupan yang Bahagia