Kehidupan yang Bermakna, Kehidupan yang Bahagia

Orang tua sering berkata: “Saya hanya ingin anak-anak saya bahagia.” Jarang kita mendengar: “Saya hanya ingin kehidupan anak-anak saya menjadi bermakna,” namun itulah yang kebanyakan dari kita tampaknya inginkan. Kita takut akan kesia-siaan. Kita khawatir tentang aspek ‘nihilisme’ dalam budaya kita. Ketika kita kehilangan kebermaknaan, kita mengalami depresi. Apakah makna itu, dan mengapa kita sangat membutuhkannya? Mari kita mulai dengan pertanyaan terakhir. Yang pasti, kebahagiaan dan kebermaknaan sering tumpang tindih. Mungkin beberapa tingkatan makna merupakan prasyarat untuk terciptanya kebahagiaan–diperlukan tetapi tidak mencukupi. Jika ini terjadi, orang mungkin mengejar makna karena alasan instrumental semata, sebagai langkah awal untuk menuju kebahagiaan. Tapi … Continue reading Kehidupan yang Bermakna, Kehidupan yang Bahagia

Manusia Unggul | Merelakan Banyak Biasa, Melipat-gandakan Satu yang Unggul

Berhentilah berusaha untuk menjadi ampuh di banyak hal. Kejarlah suatu hal yang strategis. Keunggulan memang luar biasa. Saat Anda berusia 17, ini bisa mengantarkan Anda ke sebuah perguruan tinggi top. Namun, di suatu titik di usia 20-an atau 30-an, penting untuk melepaskan pola pikir meraih-berlebihan. Sewaktu remaja kita dilatih untuk percaya bahwa kita harus unggul dalam segala hal. Kita diharapkan meraih nilai A di tiap mata pelajaran, mewakili tim olahraga universitas, mengurus klub mahasiswa, menjadi relawan, mendirikan outlet kreatif, DAN SEKALIGUS memiliki kalender bersosialisasi yang penuh. Itu tuntutan yang melelahkan. Juga salah langkah. Setidaknya, setelah Anda menyelesaikan pendidikan Anda, itu adalah … Continue reading Manusia Unggul | Merelakan Banyak Biasa, Melipat-gandakan Satu yang Unggul

Mengenal Diri dengan Berhijrah

Jika kamu ingin sukses, maka hijrahlah. Pembenaran kalimat tersebut didasari oleh empat hal. Pertama, di tempat asal, seseorang sulit berkembang karena tidak ada tekanan yang membuat hidup makin survive. Sehingga, dalam menghadapi berbagai persoalan, kalimat yang seringkali keluar sebagai sikap adalah, Terima saja keadaannya. Memang begitu yang sudah ditakdirkan. Kedua, kondisi sekeliling tidak mendukung atau kurang terbuka dengan kemungkinan baru. Ketiga, tempat asal sudah mengetahui identitas baik-buruk seseorang sehingga hal ini dapat menghambat perkembangan seseorang. Ironis, di Indonesia, masyarakat sering menstigma seseorang. Keempat, di tempat baru (tujuan hijrah), seseorang dapat dikatakan memiliki identitas yang tidak diketahui kebanyakan orang sehingga orang tidak … Continue reading Mengenal Diri dengan Berhijrah

30 Pertanyaan Selingan untuk Mengenali Diri

Berikut ini 30 pertanyaan untuk mengajak anda berintrospeksi dan mengenali diri. Satu pertanyaan, dijawab dan direnungkan dalam satu hari. Anda akan merasa lebih baik setelah menjawab satu, beberapa atau semuanya. Jika anda diberi pilihan siapa pun di dunia ini, siapa yang Anda inginkan sebagai tamu makan malam bersama anda? Apakah Anda ingin menjadi terkenal? Dengan cara apa? Siapakah tokoh yang paling mempengaruhi anda? Dalam hal apa?* Buku apa yang paling mempengaruhi anda? Dalam hal apa?* Sebelum menelepon, apakah Anda berlatih apa yang akan Anda katakan? Mengapa? Seperti apa hari yang sempurna bagi Anda? Kapan anda kali terakhir bernyanyi untuk diri sendiri? Untuk orang … Continue reading 30 Pertanyaan Selingan untuk Mengenali Diri

Hukum Alam: Hukuman atau Hadiah, Ada Di sini dan Kini

Ada orang yang sudah sangat dewasa di dalam masyarakat. Pada tingkat yang tampak, jika kamu menjalankan moralitas, jika kamu tidak merugikan orang2 lain, jika kamu tidak menyakiti orang lain dengan tindakan apa pun, baik fisik maupun vokal, kelihatannya kamu berusaha membantu dirimu sendiri dan membantu masyarakat, karena kamu membantu mereka untuk hidup dengan damai. Namun ini hanyalah kebenaran yang tampak, bukan kebenaran sejati. Pada tingkat yang lebih dalam, dengan cara mempraktikan moralitas, pada kenyataannya kamu tidak sekadar membantu orang lain. Kamu membantu dirimu sendiri, untuk kepentinganmu sendiri. Pada orang2 seperti ini dijelaskan demikian: Sekiranya kamu membunuh seseorang, bagaimana kamu dapat melakukan … Continue reading Hukum Alam: Hukuman atau Hadiah, Ada Di sini dan Kini

Unjuk Nalar | Teks Pidato Richard Dawkins di Reason Rally

Berikut ini teks pidato Richard Dawkins di Reason Rally, yang diselenggarakan Sabtu, 24 Maret, 2012 di National Mall di Washington DC. Sungguh pemandangan yang megah dan inspiratif! … Lihatlah: ini pemandangan paling luar biasa yang saya pernah saksikan. Pemikir tajam nan kritis di antara kalian mungkin melihat bahwa saya bukan orang sini. Saya melihat diri saya sebagai utusan dari negara yang tidak memiliki pemisahan konstitusional antara gereja dan negara. Memang, ia tidak memiliki konstitusi tertulis sama sekali. Kami punya seorang kepala negara yang juga kepala Gereja Inggris. Gereja ini sangat terjalin dalam kehidupan publik Inggris. Konstitusi Amerika adalah harta yang berharga, diirikan … Continue reading Unjuk Nalar | Teks Pidato Richard Dawkins di Reason Rally

Jalan Ikhlas | Cara Merelakan

Mengapa kita butuh ikhlas, merelakan, alias membebaskan, untuk tidak berpegang pada benda-benda? Makin kita benar-benar mengenal, semakin kita bisa membiarkannya pergi. Mereka yang tahu sedikit bisa melepaskan sedikit, orang-orang yang tahu banyak dapat melepaskan banyak. Sebagai langkah pertama kita diajarkan berdana/beramal– untuk bermurah hati, untuk memberikan sumbangan – sebagai strategi kita untuk belajar bagaimana membebaskan. Langkah selanjutnya adalah menyangkal hak-hak kepemilikan – yaitu membebaskan pada tingkat yang lebih tinggi daripada dana. Dan akhirnya, pada tingkat yang lebih tinggi, kita diajarkan untuk melepaskan semua kekotoran batin dalam pikiran. Ini adalah tingkat di mana kita memeriksa dan mengeksplorasi sampai kita bisa membebaskan … Continue reading Jalan Ikhlas | Cara Merelakan

Tiga Macam Kearifan

Kearifan, seperti cahaya, ada tiga tingkatan: kearifan tingkat rendah, yang seperti cahaya obor, kearifan menengah, yang seperti cahaya lilin atau lentera minyak tanah, dan kearifan tingkat tinggi, yang seperti lampu listrik. Untuk mendapatkan cahaya dari obor, Anda perlu menggunakan banyak bahan bakar. Dan meskipun menghasilkan cahaya yang terang, obor menciptakan asap. Ini seperti kearifan yang berasal dari kemurahan hati: membutuhkan banyak sumber daya keuangan, dan Anda kadang-kadang harus berhadapan dengan perlawanan dari orang-orang di luar.