Minimalis

Ada tujuh macam minimalisme (kekurangan) yang baik, yakni kekurangan dalam hal:

  1. Sensualitas
  2. Bentuk
  3. Perasaan
  4. Tubuh
  5. Penuaan, penyakit, kematian, dan kerusakan
  6. Kemarahan
  7. Fenomena yang melekat

Minimalis dalam hal sensualitas

Misalnya saja seekor anjing, yang dikuasai oleh rasa lemah & rasa lapar, terpaksa melintasi sebuah rumah jagal, dan di rumah jagal itu ada tukang daging atau tukang daging-magang yang cekatan yang melempari anjing ini dengan rantai yang terbuat dari tulang-belulang—rantai tulang-belulang yang benar-benar terkerat bersih, tanpa sedikit daging pun, dan berlumuran dengan darah. Bagaimana menurut kalian: Akankah anjing ini menggerogoti rantai tulang-belulang itu—yang benar-benar terkerat bersih, tanpa sedikit daging pun, dan berlumuran dengan darah—untuk menenangkan rasa lemah dan rasa laparnya?

Tidak. Dan kenapa begitu? Karena rantai tulang-belulang itu benar-benar terkerat bersih, tanpa sedikit daging pun, dan berlumuran dengan darah. Anjing itu tidak akan mendapatkan bagian apa pun selain rasa letih dan kesal.

Dengan cara yang sama, penghuni rumah, seorang murid dari kalangan orang yang mulia menganggap hal ini: ‘Sang Begawan telah membandingkan sensualitas dengan rantai tulang-belulang, banyak keputus-asaan, & kekurangan-kekurangan yang lebih besar.’ Dengan melihat hal ini dengan kearifan yang benar, seperti ia apa adanya, maka menghindari ketenangan hati itu berasal dari keragaman, bergantung kepada keragaman, murid dari kalangan orang yang mulia ini mengembangkan ketenangan hati yang datang dari kesendirian, bergantung kepada kesendirian, di mana pengayoman/melekatnya umpan dunia berhenti tanpa jejak.” —MN 54

Sekarang apakah daya tarik dari sensualitas itu? Ada lima senar dari sensualitas. Lima yang mana? Yaitu bentuk-bentuk yang dapat dilihat oleh mata—yang terlihat cocok, menyenangkan, menarik, menawan, menimbulkan hasrat, memikat hati. Suara yang dapat dikenali melalui telinga … Aroma-aroma yang dapat dikenali melalui hidung … Cita rasa yang dapat dikenali melalui lidah … Sensasi-sensasi raba yang dapat dikenali melalui tubuh—yang terlihat cocok, menyenangkan, menarik, menawan, menimbulkan hasrat, memikat hati. Sekarang kesenangan atau kegembiraan apa pun yang muncul dalam ketergantungan pada kelima senar sensualitas ini, itulah yang dinamakan sebagai daya tarik sensualitas.

Dan apa kekurangan dari sensualitas itu? Ada kasus di mana, berkenaan dengan di mana suatu klan manusia tinggal—dengan pekerjaan-pekerjaan entah itu memeriksa atau mencatat atau menghitung atau membajak atau berdagang atau beternak atau memanah atau sebagai raja atau pekerjaan lainnya—ia menghadapi dingin; ia menghadapi panas; dilecehkan oleh nyamuk, lalat, angin, matahari, dan binatang melata; mati karena kelaparan dan kehausan.

Sekarang kekurangan dalam hal sensualitas ini, massa yang tertekan yang terlihat di sini dan saat ini, memiliki sensualitas untuk alasannya, sensualitas untuk sumbernya, sensualitas untuk penyebabnya, alasan untuk ini memang karena sensualitasnya.

Jika klan manusia ini tidak memperoleh keuntungan dari pekerjaannya dan upaya kerasnya dan usaha yang dibuatnya, maka ia berduka, bersedih dan meratap, memukul dadanya, menjadi sangat kebingungan: ‘Pekerjaan saya ini sia-sia tidak ada artinya, usaha saya tidak berbuah apa pun!’ Sekarang kekurangan ini juga ada dalam kasus sensualitas, massa yang tertekan ini terlihat di sini dan saat ini, sensualitaslah yang menjadi alasannya…

Jika klan manusia ini memperoleh keuntungan dari pekerjaannya dan upaya kerasnya dan usaha yang dibuatnya, ia mengalami rasa sakit dan kesusahan untuk melindunginya: ‘Bagaimana caranya agar baik itu raja maupun pencuri tidak menggondol harta kekayaan saya ini, atau api membakarnya, atau air menyapunya, atau ahli waris yang penuh kebencian mencuri dan membawanya lari?’ Dan saat ia menjaga dan mengawasi harta kekayaannya itu, raja atau pencuri mengambilnya, atau api membakarnya, atau air menyapunya, atau ahli waris yang penuh kebencian melarikannya. Dan dia berduka, bersedih dan meratap, memukul dadanya, menjadi sangat kebingungan: ‘Apa yang dulu saya miliki sudah tidak ada lagi!’ Sekarang kekurangan ini juga ada dalam kasus sensualitas, massa yang tertekan ini terlihat di sini dan saat ini, sensualitaslah yang menjadi alasannya…

“Selain itu, dengan sensualitas yang menjadi alasannya, sensualitas untuk sumbernya, sensualitas penyebabnya, alasan untuk ini memang karena sensualitasnya, sehingga raja bertengkar dengan raja, bangsawan dengan bangsawan, brahmana dengan brahmana, penghuni rumah dengan penghuni rumah, ibu dengan anak, anak dengan ibu, ayah dengan anak, anak dengan ayah, saudara laki-laki dengan saudara laki-laki, saudara perempuan dengan saudara perempuan, saudara laki-laki dengan saudara perempuan, saudara perempuan dengan saudara laki-laki, teman dengan teman. Dan kemudian dalam pertengkaran, perkelahian, dan perselisihan mereka, mereka menyerang satu sama lain dengan tinju atau dengan bogem mentah atau dengan tongkat atau dengan pisau, sehingga pertengkaran itu mendatangkan kematian atau luka yang mematikan. Sekarang kekurangan ini juga ada dalam kasus sensualitas, massa yang tertekan ini terlihat di sini dan saat ini, sensualitaslah yang menjadi alasannya…

“Selain itu, dengan sensualitas yang menjadi alasannya, sensualitas untuk sumbernya…sehingga (manusia), mengambil pedang dan perisai dan menarik busur dan tempat anak panah, mengatur pasukan di dalam peperangan dengan barisan berganda sementara panah dan tombak beterbangan dan pedang berseliweran; dan di situ mereka terluka oleh panah dan tombak, dan kepala mereka terpenggal oleh pedang, sehingga mereka menemui kematian atau menderita luka yang mematikan. Sekarang kekurangan ini juga ada dalam kasus sensualitas, massa yang tertekan ini terlihat di sini dan saat ini, sensualitaslah yang menjadi alasannya…

“Selain itu, dengan sensualitas yang menjadi alasannya, sensualitas untuk sumbernya… sehingga (manusia), mengambil pedang dan perisai dan menarik busur dan tempat anak panah, menyerang benteng yang licin sementara panah dan tombak beterbangan dan pedang berseliweran; dan mereka disiram dengan kotoran sapi yang mendidih dan hancur di bawah beban berat, dan kepala mereka terpenggal oleh pedang, sehingga mereka menemui kematian atau menderita luka yang mematikan. Sekarang kekurangan ini juga ada dalam kasus sensualitas, massa yang tertekan ini terlihat di sini dan saat ini, dengan sensualitas untuk alasannya, sensualitas untuk sumbernya, sensualitas untuk penyebabnya, sensualitaslah yang menjadi alasannya.

“Dan apa emansipasi dari sensualitas? Apapun yang menundukkan gairah dan keinginan, yang meninggalkan gairah dan keinginan untuk sensualitas, itulah emansipasi dari sensualitas.” —MN 13

Minimalis dalam hal bentuk

“Sekarang apa daya pikat dari bentuk? Misalkan saja ada seorang gadis dari kasta yang mulia, kasta brahmana, atau kelas rumah tangga, berusia lima belas atau enam belas tahun, tidak terlalu tinggi ataupun terlalu pendek, tidak terlalu kurus ataupun terlalu gemuk, tidak terlalu gelap ataupun terlalu pucat. Apakah kecantikan & pesonanya pada waktu itu ada pada masa puncaknya?”

“Ya, Tuanku. Apapun kesenangan & kegembiraan yang muncul dalam ketergantungan pada kecantikan & pesona yang demikian itu: Itulah daya tarik dari bentuk.”

“Dan apa kekurangan dari bentuk itu? Ada kasus di mana orang mungkin melihat wanita yang sama di lain waktu, saat dia berusia delapan puluh, sembilan puluh, seratus tahun: tua, keriput, bungkuk, memakai tongkat, lumpuh, menyedihkan, ompong, beruban, rambutnya rontok, botak, berkerut, sekujur tubuhnya berjerawat. Apa yang kalian pikirkan: Apakah kecantikan & pesonanya yang dulu pernah ada itu telah lenyap, dan kekurangannya yang muncul?”

Ya. Ini juga merupakan kekurangan dari bentuk.

“Sekali lagi, orang mungkin melihat wanita yang sama sakit, dalam kesakitan, & sakit parah, terbaring kotor dengan air seni & kotorannya sendiri, diangkat oleh orang lain, dibaringkan oleh orang lain. Apa yang kalian pikirkan: Apakah kecantikan & pesonanya yang dulu pernah ada itu telah lenyap, dan kekurangannya yang muncul?”

Ya. Ini juga merupakan kekurangan dari bentuk.

“Sekali lagi, orang mungkin melihat wanita yang sama sebagai mayat yang dibuang di tanah kuburan—satu hari, dua hari, tiga hari mati, bengkak, pucat-pasi, & menjadi lembek karena mengeluarkan air. Apa yang kalian pikirkan: Apakah kecantikan & pesonanya yang dulu pernah ada itu telah lenyap, dan kekurangannya yang muncul?”

Ya. Ini juga merupakan kekurangan dari bentuk.

Sekali lagi, orang mungkin melihat wanita yang sama sebagai mayat yang dibuang di tanah kuburan yang dimakan oleh burung gagak, burung hering, & burung elang, anjing, hyena, & makhluk lainnya… sebuah kerangka yang dagingnya terkoyak-koyak & berlumuran darah, yang dihubungkan oleh tendon…sebuah kerangka yang tidak berdaging yang berlumuran darah, dihubungkan oleh tendon…sebuah kerangka tanpa daging ataupun darah, dihubungkan oleh tendon…tulang-belulang terlepas dari tendon pengikatnya, bertebaran ke segala penjuru—di sini ada tulang tangan, di sana ada tulang kaki, di sini ada tulang kering, di sana ada tulang paha, di sini ada tulang pinggul, di sana ada tulang punggung, di sini ada tulang rusuk, di sana ada tulang dada, di sini ada tulang bahu, di sana ada tulang leher, di sini ada tulang rahang, di sana ada gigi, di sini ada tulang tengkorak…tulang-belulang itu memutih, menyerupai warna kulit kerang…menumpuk, berumur lebih dari setahun…terurai menjadi bubuk. Apa yang kalian pikirkan: Apakah kecantikan & pesonanya yang dulu pernah ada itu telah lenyap, dan kekurangannya yang muncul?”

Ya. Ini juga merupakan kekurangan dari bentuk.

“Dan apakah yang merupakan pelepasan diri dari bentuk? Penundukkan terhadap hasrat-gairah pada bentuk, meninggalkan hasrat-gairah pada bentuk: Itulah yang disebut sebagai pelepasan diri dari bentuk.

“Bahwa setiap brahmana atau pertapa yang tidak membeda-bedakan, sebagaimana adanya, daya tarik bentuk sebagai daya tarik, kekurangan bentuk sebagai kekurangan, pelepasan diri dari bentuk sebagai pelepasan diri, mereka ini akan memahami perasaan sendiri atau akan membangkitkan perasaan orang lain dengan kebenaran sehingga ia akan memahami perasaan sejalan dengan apa yang telah dipraktekkannya: Itu tidak mungkin. Akan tetapi bahwa setiap brahmana atau pertapa yang membeda-bedakan, sebagaimana adanya, daya tarik bentuk sebagai daya tarik, kekurangan bentuk sebagai kekurangan, mereka ini akan memahami perasaan sendiri atau akan membangkitkan perasaan orang lain dengan kebenaran sehingga ia akan memahami perasaan sejalan dengan apa yang telah dipraktekkannya: Itu mungkin. —MN 13

Minimalis dalam hal perasaan

“Sekarang apa yang merupakan daya tarik dari perasaan? Ada kasus di mana seorang pasien—yang cukup menjauhi sensualitas, menjauhi kualitas-kualitas (mental) yang tidak terampil—yang memasuki & menetap di dalam dhyana pertama: kegairahan & kesenangan lahir dari penarikan diri, disertai dengan pemikiran & evaluasi yang terarah. Pada saat itu ia tidak memaksudkan penderitaannya sendiri, penderitaan orang lain, atau penderitaan keduanya. Ia merasakan perasaan yang benar-benar tidak menderita. Perasaan tidak menderita itu, aku katakan pada kalian, merupakan daya tarik tertinggi dari perasaan.

“Sekali lagi, dengan menenangkan pemikiran & evaluasi yang terarah, masuk & menetap di dalam dhyana kedua: kegairahan & kesenangan lahir dari ketenangan, penyatuan kesadaran yang terbebas dari pemikiran & evaluasi yang terarah—yang menjadi jaminan internal… Dengan memudarnya kegairahan, ia tetap memiliki ketenangan hati, sadar, & waspada, dan merasai kesenangan dengan tubuh. Ia masuk & menetap di dalam dhyana ketiga, di mana Orang yang Mulia (ariya-puggala), menyatakan, ‘Dengan hati yang tenang & sadar, ia memiliki tempat tinggal yang menyenangkan’…Dengan ditinggalkannya kesenangan & rasa sakit—seperti hilangnya kegirangan hari & kesusahan sebelumnya—ia masuk & menetap di dalam dhyana keempat: kemurnian dari ketenangan hati & kesadaran, tidak ada kesenangan maupun rasa sakit. Pada saat itu ia tidak memaksudkan penderitaannya sendiri, penderitaan orang lain, atau penderitaan keduanya. Ia merasakan perasaan yang benar-benar tidak menderita. Perasaan tidak menderita itu, aku katakan pada kalian, merupakan daya tarik tertinggi dari perasaan.

“Dan apakah kekurangan dari perasaan itu? Fakta bahwa perasaan itu tidaklah tetap, menekan, mudah berubah: Inilah kekurangan dari perasaan.

“Dan apakah pelepasan diri dari perasaan itu? Penundukkan terhadap hasrat-gairah pada perasaan, meninggalkan hasrat-gairah pada perasaan: Itulah yang disebut sebagai pelepasan diri dari perasaan.

“Bahwa setiap brahmana atau pertapa yang tidak membeda-bedakan, sebagaimana adanya, daya tarik perasaan sebagai daya tarik, kekurangan perasaan sebagai kekurangan, pelepasan diri dari perasaan sebagai pelepasan diri, mereka ini akan memahami perasaan sendiri atau akan membangkitkan perasaan orang lain dengan kebenaran sehingga ia akan memahami perasaan sejalan dengan apa yang telah dipraktekkannya: Itu tidaklah mungkin. Akan tetapi bahwa setiap brahmana atau pertapa yang membeda-bedakan, sebagaimana adanya, daya tarik perasaan sebagai daya tarik, kekurangan perasaan sebagai kekurangan, pelepasan diri dari perasaan sebagai pelepasan diri, mereka ini akan memahami perasaan sendiri atau akan membangkitkan perasaan orang lain dengan kebenaran sehingga ia akan memahami perasaan sejalan dengan apa yang telah dipraktekkannya: Itu mungkin.” —MN 13

Minimalis dalam hal tubuh

“Dan apakah persepsi dari kekurangan itu? Ada kasus di mana seorang pasien—yang telah hidup di alam liar, di bawah kaki sebuah pohon, atau di tempat yang tak berpenghuni—mencerminkan yang demikian: ‘Tubuh ini memiliki banyak rasa sakit, banyak kekurangan. Di dalam tubuh ini berbagai jenis penyakit timbul, seperti: penyakit penglihatan, penyakit pendengaran, penyakit hidung, penyakit lidah, penyakit tubuh, penyakit kepala, penyakit telinga, penyakit mulut, penyakit gigi, batuk, asma, radang selaput lendir hidung dan tenggorokan, demam, penuaan, sakit perut, pingsan, disentri, influensa, kolera, kusta, bisul, kurap, TBC, epilepsi, penyakit kulit, gatal-gatal, koreng, psoriasis , kudis, penyakit kuning, diabetes, wasir, fistula, borok; penyakit yang timbul dari empedu, dari dahak, dari angin, dari kombinasi cairan tubuh, dari perubahan cuaca, dari perawatan tubuh yang tidak seimbang, dari serangan, dari hasil karma; dingin, panas, lapar, haus, buang air besar, buang air kecil.’ Dengan demikian ia tetap berfokus pada kekurangan-kekurangan yang berkaitan dengan tubuh ini. Inilah yang disebut persepsi kekurangan.”

—AN 10.60

Minimalis dalam hal penuaan, penyakit, kematian, dan kerusakan

“Sekarang, empat hal ini merupakan pencarian yang mulia. Empat yang mana? Ada kasus di mana seseorang, yang tunduk terhadap proses penuaan, menyadari kekurangan dari bagaimana itu menjadi tunduk pada proses penuaan, mencari yang tidak mengalami penuaan, yang merupakan bagian yang tidak bisa dijangkau oleh kuk: Nirwana (Yang tak terikat). Dengan menjadi sasaran terhadap penyakit, dengan menyadari kekurangan dari bagaimana rasanya tunduk pada penyakit, ia mencari orang yang tidak sakit-sakitan, yang merupakan bagian yang tidak bisa dijangkau oleh kuk: Nirwana (Yang tak terikat). Dengan menjadi sasaran terhadap kematian, dengan menyadari kekurangan dari bagaimana rasanya tunduk pada kematian, dia mencari orang yang tidak mati, yang merupakan bagian yang tidak bisa dijangkau oleh kuk: Nirwana (Yang tak terikat). Dengan menjadi sasaran terhadap kerusakan, dengan menyadari kekurangan dari bagaimana rasanya tunduk pada kerusakan, ia mencari orang yang tidak rusak, yang merupakan bagian yang tidak bisa dijangkau oleh kuk: Nirwana (Yang tak terikat).”

—AN 4.252

Minimalis dalam hal kemarahan

Orang yang marah itu jelek & tidur dalam keadaan yang buruk. Setelah mendapatkan keuntungan, ia mengubahnya menjadi kerugian, telah melakukan kerusakan dengan ucapan & perbuatan.

Seseorang yang dibuat kewalahan dengan kemarahan menghancurkan kekayaan yang dimilikinya. Karena dibuat gila dengan kemarahan, ia menghancurkan statusnya. Kerabat, teman, & rekan menghindarinya.

Kemarahan membawa kerugian. Kemarahan membakar pikiran.

Dia tidak menyadari bahwa bahaya yang dimiliki itu lahir dari dalam dirinya sendiri. Orang yang marah tidak tahu kepentingannya sendiri. Orang yang marah tidak melihat Dharma. Seseorang yang ditaklukkan oleh kemarahan itu berada di dalam kegelapan yang sangat. Dia mengambil kesenangan dalam perbuatan buruk seolah-olah itu adalah perbuatan baik, tetapi kemudian, ketika kemarahannya hilang, ia menderita seolah-olah dibakar api. Dia manja, terhapuskan, seperti api yang diselimuti asap. —AN 7.60

Minimalis dalam hal semua fenomena yang melekat

“Pada seseorang yang terus berfokus terhadap kekurangan dari fenomena yang melekat, pengidaman pun terhenti. Dari penghentian terhadap pengidaman itu datanglah penghentian terhadap kelekatan/pengayoman. Dari penghentian terhadap kelekatan/pengayoman datanglah penghentian terhadap kepantasan. Dari penghentian terhadap kepantasan datanglah penghentian terhadap kelahiran. Dari penghentian terhadap kelahiran, maka penuaan, penyakit & kematian, dukacita, ratapan, rasa sakit, kesusahan, & keputusasaan semua berhenti. Demikianlah penghentian terhadap seluruh penderitaan & tekanan yang sangat banyak ini.” —SN 12.52