Usaha yang Benar

Usaha yang Benar merupakan faktor keenam dari delapan faktor di dalam Jalan Pembebasan Beruas Delapan, dan merupakan bagian dari divisi konsentrasi di dalam jalan ini. Dan apakah usaha yang benar itu?

Empat pengerahan tenaga yang benar:

[i] Membangkitkan hasrat, berikhtiar, mengaktifkan ketekunan, menjunjung tinggi & mengerahkan niatnya demi kebaikan dari tidak munculnya keburukan, kualitas-kualitas yang tidak terampil yang belum muncul.

[ii] membangkitkan hasrat, berikhtiar, mengaktifkan ketekunan, menjunjung tinggi & mengerahkan niatnya demi kebaikan dari meninggalkan keburukan, kualitas-kualitas yang tidak terampil yang sudah muncul.

[iii] membangkitkan hasrat, berikhtiar, mengaktifkan ketekunan, menjunjung tinggi & mengerahkan niatnya demi kebaikan dari munculnya kualitas-kualitas terampil yang belum muncul.

[iv] membangkitkan hasrat, berikhtiar, mengaktifkan ketekunan, menjunjung tinggi & mengerahkan niatnya demi kebaikan dari pemeliharaan, ketidak-bingungan, peningkatan, kemelimpahan, pengembangan, & puncak dari kualitas-kualitas terampil yang telah muncul: Inilah yang disebut usaha yang benar.”—SN 45.8

Tinggalkan yang tidak terampil, kembangkan yang terampil

“Tinggalkanlah apa yang tidak terampil. Hal ini mungkin untuk meninggalkan apa yang tidak terampil. Jika tidak mungkin untuk meninggalkan apa yang tidak terampil, saya tidak akan berkata kepada kalian, ‘Tinggalkanlah apa yang tidak terampil.’ Namun karena hal itu mungkin untuk meninggalkan apa yang tidak terampil, maka saya katakan kepada kalian, ‘Tinggalkanlah apa yang tidak terampil.’ Jika meninggalkan apa yang tidak terampil itu membuka kesempatan untuk timbulnya bahaya dan rasa sakit, saya tidak akan berkata kepada kalian, ‘Tinggalkanlah apa yang tidak terampil.’ Akan tetapi karena meninggalkan apa yang tidak terampil itu membuka kesempatan untuk timbulnya manfaat dan kesenangan, saya katakan kepada kalian, ‘Tinggalkanlah apa yang tidak terampil.’

“Kembangkanlah apa yang terampil. Hal ini mungkin untuk mengembangkan apa yang terampil. Jika tidak mungkin untuk mengembangkan apa yang terampil, saya tidak akan berkata kepada kalian, ‘Kembangkanlah apa yang terampil.’ Namun karena hal itu mungkin untuk mengembangkan apa yang terampil, maka saya katakan kepada kalian, ‘Kembangkanlah apa yang terampil.’ Jika mengembangkan apa yang terampil itu membuka kesempatan untuk timbulnya bahaya dan rasa sakit, saya tidak akan berkata kepada kalian, ‘Kembangkanlah apa yang terampil.’ Akan tetapi karena mengembangkan apa yang terampil itu membuka kesempatan untuk timbulnya manfaat dan kesenangan, saya katakan kepada kalian, ‘Kembangkanlah apa yang terampil.’”—AN 2.19

Meninggalkan faktor yang salah dari jalan ini

“Seseorang mencoba untuk meninggalkan pandangan yang salah & masuk ke dalam pandangan yang benar: Ini adalah usaha yang benar yang dilakukan seseorang…

“Seseorang mencoba untuk meninggalkan ketetapan hati yang salah & masuk ke dalam ketetapan hati yang benar: Ini adalah usaha yang benar yang dilakukan seseorang…

“Seseorang mencoba untuk meninggalkan ucapan yang salah & masuk ke dalam ucapan yang benar: Ini adalah usaha yang benar yang dilakukan seseorang…

“Seseorang mencoba untuk meninggalkan perbuatan yang salah & masuk ke dalam perbuatan yang benar: Ini adalah usaha yang benar yang dilakukan seseorang…

“Seseorang mencoba untuk meninggalkan mata pencaharian yang salah & masuk ke dalam mata pencaharian yang benar: Ini adalah usaha yang benar yang dilakukan seseorang.”—MN 117

Seperti menyetel nada yang baik pada alat musik

Ketika sang siswa sedang bermeditasi di pengasingan [setelah melakukan meditasi berjalan sampai kulit sol sepatunya terkoyak dan kakinya berdarah], latihan pemikiran ini timbul di dalam kesadarannya: “Dari murid-murid Sang Guru yang telah membangkitkan ketekunan mereka, saya salah satunya, tetapi pikiran saya tidak terbebaskan dari aliran limbah pembuangan karena kurangnya kelekatan /pengayoman. Sekarang, keluarga saya memiliki kekayaan yang mencukupi sehingga memungkinkan untuk menikmati kekayaan & berbuat baik. Bagaimana jika saya mengingkari pelatihan ini, kembali ke kehidupan yang lebih rendah, menikmati kekayaan, & berbuat baik?”

Kemudian Sang Guru, segera setelah ia melihat dengan kesadarannya latihan pemikiran dalam kesadaran Siswa—seperti orang kuat yang merentangkan lengannya yang bengkok atau membengkokkan lengannya yang terentang—menghilang dari Puncak Gunung Burung Hering, muncul di Kebun yang Sejuk tepat di depan Siswa, dan duduk di tempat yang telah disediakan. Siswa, setelah membungkukkan badannya kepada Sang Guru, duduk di satu sisi. Saat ia duduk di sana, Sang Guru berkata kepadanya, “Hanya sekarang, karena engkau sedang bermeditasi di pengasingan, tidakkah latihan pikiran ini muncul pada kesadaranmu: ‘Dari murid-murid Sang Guru yang telah membangkitkan ketekunan mereka, saya salah satunya, tetapi pikiran saya tidak terbebaskan dari aliran limbah pembuangan… Bagaimana jika saya mengingkari pelatihan ini, kembali ke kehidupan yang lebih rendah, menikmati kekayaan, & berbuat baik?’”

“Ya, Tuanku.”

“Sekarang apa yang engkau pikirkan, Siswa. Sebelumnya, ketika engkau adalah seorang penghuni rumah, apakah engkau terampil memainkan vina?”

“Ya, Tuanku.”

“Dan apa yang engkau pikirkan: ketika dawai vina milikmu itu terlalu kencang, apakah vina milikmu itu nadanya selaras dan dapat dimainkan?”

“Tidak, tuanku.”

“Dan apa yang engkau pikirkan: ketika dawai vina milikmu itu terlalu longgar, apakah vina milikmu itu nadanya selaras dan dapat dimainkan?”

“Tidak, tuanku.”

“Dan apa yang engkau pikirkan: ketika dawai vina milikmu itu tidak terlalu kencang ataupun terlalu longgar, tapi disetel untuk menjadi benar nadanya, apakah vina milikmu nadanya selaras dan dapat dimainkan?”

“Ya, Tuanku.”

“Dengan cara yang sama, Siswa, ketekunan yang berlebihan membawa pada kegelisahan, ketekunan yang terlalu kendur membawa pada kemalasan. Dengan demikian engkau harus menentukan nada yang tepat untuk ketekunanmu, menyesuaikan diri pada (‘menembus’, ‘menemukan’) nada dari [lima] bagian [itu ​​], dan di situ jemputlah temamu.”

“Ya, Tuanku,” Siswa menjawab Sang Guru. Kemudian, setelah memberikan seruan ini kepada Siswa, Sang Guru—seperti orang kuat yang merentangkan lengannya yang bengkok atau membengkokkan lengannya yang terentang—menghilang dari Kebun yang Sejuk dan muncul di atas Puncak Gunung Burung Hering.

Jadi setelah itu, Siswa menentukan nada yang tepat untuk ketekunannya, menyelaraskan nada dari [lima] bagian [itu​​], dan di situ menjemput temanya. Tinggal sendirian, terpencil, penuh perhatian, tekun, dan tetap hati, ia tidak lama kemudian mencapai dan menetap di dalam tujuan tertinggi dari kehidupan suci yang karena tujuan inilah anggota keluarga penghuni rumah meninggalkan rumahnya dan hidup menggelandang, dengan mengetahui dan menyadari hal ini untuk dirinya di sini & saat ini. Ia tahu: “Kelahiran berakhir, kehidupan suci terpenuhi, tugas terselesaikan. Tidak ada yang lebih jauh demi kebaikan dari dunia ini.” Dan dengan demikian Siswa terbebaskan.*